Artikel ini adalah tulisan kelima dari rangkaian enam tulisan yang dibahas dalam jurnal BERKARIR DI FOTOGRAFI.
Mengapa Kita Ingin Menjadi Fotografer?
Saya kenal beberapa fotografer yang sukses, tapi masih banyak dari mereka yang dibayangi ‘hantu’ ungkapan-ungkapan “Hanya jika”. Sebenarnya, “Hanya jika” justru bisa diterapkan sebagai pemicu ke arah positif, yaitu selama penggunaannya bukan untuk memadamkan semangat, tetapi justru untuk mengejar yang lebih baik lagi. Jadi, untuk sukses yang harus diperbaiki adalah cara berpikirnya. Tapi, kalau kita mendiskusikan ini lebih jauh, memang pada akhirnya yang menentukan keberhasilan kita adalah seberapa besar tekadnya untuk berjuang dan berhasil di bidang yang kita sukai ini. Tujuan saya menulis kali ini adalah lebih kepada memberikan gambaran secara umum tentang profesi fotografi. Kalau kita mau membicarakan motivasi dalam membangun bisnis, alangkah lebih baiknya kita serahkan kepada ahlinya saja.
Jadikanlah profesi fotografer sebagai pilihan, dengan kepercayaan diri dan rencana. Berusahalah dengan selalu bersiap dengan yang terburuk. Bedanya tanggung jawab skill kita dibanding dengan seorang dokter mungkin saja terletak pada saat kita melakukan kesalahan, pengguna jasa kita masih bisa memberikan toleransi atau maaf. Tapi, apabila dokter atau insinyur bangunan melakukan kesalahan, terlebih kalau fatal, tidak ada maaf untuk mereka.
Sembari mengerjakan sesuatu yang kita suka, profesi ini bisa mendatangkan penghasilan. Ada beberapa pembagian pasar profesi fotografer. Tentunya di awal karir yang harus kita kerjakan adalah mengevaluasi dan menganalisis pasar kebutuhan jasa kita. Untuk menentukan di mana gairah, bakat dan peluang yang cocok dan kita miliki. Bertanyalah kepada senior atau kawan yang sudah lama berkecimpung di dunia fotografi. Juga jangan lupa untuk menggali informasi melalui dunia maya.
Beberapa contoh disiplin atau segmen pasar fotografi adalah:
Melihat banyaknya segmen pasar yang bisa kita geluti, maka banyak alasan atau motivasi mencari nafkah di bidang fotografi. Selama kita bisa menunjukkan kreativitas dan disiplin dalam mengerjakannya, maka pasar industri ini sangat luas.
Pada akhirnya, tentu akan timbul pertanyaan “Apakah kita cocok dengan industri ini?“. Pertanyaan itu akan kembali kepada minat dan bakat kita, jawaban yang sama untuk pertanyaan yang sama yang diajukan pelaku lain di industri lain. Tulisan ini bersifat pemberitahuan kepada para peminat atau yang berbakat, bahwa industri fotografi di Indonesia masih sangat menjanjikan. Industri ini relatif mudah dimasuki, tapi ingat sebaliknya akan ada persaingan yang ‘tajam’ di dalamnya.
Minggu depan akan kita tutup tulisan ini dengan kesimpulan dan opini penulis. Ikutilah terus dan sampai jumpa minggu depan! :)
comments powered by Disqus