Akhirnya kita sampai pada akhir tulisan saya yang keseluruhnya terangkum dalam jurnal Berkarir Di Fotografi. Tulisan keenam ini lebih merupakan kesimpulan dan saran yang titik beratnya adalah bagaimana memanfaatkan hobi menjadi bisnis.
Setelah kita merasa suka, kemudian kita lanjutkan dengan serius hobi fotografi kita, maka pada satu titik, kita biasanya akan bertanya-tanya, “Apakah kita akan masuk lebih dalam ke bisnis ini atau bertahan sebagai penghobi serius?”. Tentunya ada yang ingin mempertahankan hobi ini sebagai kegiatan rutin saja, tapi tidak serius. Akan tetapi, yang ingin saya tulis sebagai penutup tulisan saya ini adalah
Pada hakikatnya, setiap orang pasti memiliki dasar manajemen dalam dirinya. Kalau Anda belum paham apa makna dari manajemen, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), manajemen adalah (1) penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan atau (2) pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya organisasi. Kedua pengertian manajemen itulah yang akan diterangkan dalam Principal Photography Workshop by Kotak Imaji Sesi 3: Management (Photographer’s Attitude).
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, setiap orang pasti menerapkan manajemen dalam kehidupan sehari-harinya, bagaimana ia mengatur diri dan waktu yang tersedia agar dapat digunakan secara maksimal untuk menyelesaikan rutinitas
Photography Workshop, Essentials, Portrait, Event, Wedding, Pre-Wedding,
Artikel ini adalah tulisan kelima dari rangkaian enam tulisan yang dibahas dalam jurnal BERKARIR DI FOTOGRAFI.
Mengapa Kita Ingin Menjadi Fotografer?
Saya kenal beberapa fotografer yang sukses, tapi masih banyak dari mereka yang dibayangi ‘hantu’ ungkapan-ungkapan “Hanya jika”. Sebenarnya, “Hanya jika” justru bisa diterapkan sebagai pemicu ke arah positif, yaitu selama penggunaannya bukan untuk memadamkan semangat, tetapi justru untuk mengejar yang lebih baik lagi. Jadi, untuk sukses yang harus diperbaiki adalah cara berpikirnya. Tapi, kalau kita mendiskusikan ini lebih jauh, memang pada akhirnya yang menentukan keberhasilan kita adalah seberapa besar tekadnya untuk berjuang dan berhasil
Artikel ini adalah tulisan keempat dari rangkaian enam tulisan yang dibahas dalam jurnal BERKARIR DI FOTOGRAFI.
Karir Seumur Hidup
Pada dasarnya, tulisan saya ini akhirnya mengarah pada fotografer yang berbisnis, yaitu berbisnis membangun usahanya sendiri. Bukankah walaupun seseorang sebagai photographer freelancer, tetap saja dia butuh pengetahuan bisnis untuk mengelola dirinya sendiri? Atau bisa saja seseorang memulai karirnya sebagai photographer freelancer dan berakhir sebagai pebisnis yang mementingkan bisnisnya dibanding meluangkan waktu di dunia fotografinya, tergantung pada tujuan pribadinya. Tentunya dengan porsi waktu yang digunakan untuk berbisnis (mengelola/pengelolaan) lebih tinggi dan/atau tetap sebagai photographer
Seperti yang sudah dibahas dalam jurnal #1 sebelumnya, Principal Photography Workshop by Kotak Imaji akan diadakan dalam delapan pertemuan dengan delapan sesi pembahasan dan pelatihan materi dengan kategori yang sudah ditetapkan berdasarkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) bidang fotografi. Dalam pertemuan pertama akan dibahas dua materi pembahasan fotografi, yaitu Sesi 1: Basic Photography (Equipment & Skill) dan dilanjutkan dengan Sesi 2: Concept and Photo Style.
Pembahasan di Sesi 2 ini akan disampaikan oleh Ridha Kusumabrata, dengan detail materi:
Photography Workshop, Essentials, Portrait, Event, Wedding, Pre-Wedding,